Cerpen: Orang Boje

292

Makan waktu lima belas menit dari stasiun ke rumahnya Raka. Di jalan, Bono cerita banyak hal. Tentang teman-teman mereka dulu yang putus sekolah, nyaris tidak ada yang tidak banting tulang. Semuanya bekerja siang malam. Ada yang berkebun, jualan di pasar, buka konter, buat usaha-usaha kecil-kecilan lainnya, ngojek, sampai jualan mangga keliling. Tapi, tidak semuanya susah juga. Cukup banyak dari teman-teman mereka yang sudah punya usaha lumayan besar.

Raka memang tidak tahu sedikitpun mengenai teman-teman lamanya itu. Semenjak kuliah di Palembang, ia tidak pernah lagi berhubungan atau sekadar menanyakan kabar teman-teman lamanya.

“Itu, Si Nando hitam keling itu, dia kan sekolah cuma sampe SMP. Tapi sekarang usahanya sudah cukup besar lho, Ka!”

“Usaha apa?”

“Kebun mangga. Panennya berton-ton! Kaya raya dia dari kebun itu,”

“Banyak yang jual mangga sekarang, ngambil dari dia. Aku juga. Subuh-subuh begini aku selalu ngojek. Sekitar jam sepuluh aku jualan mangga keliling. Kadang-kadang sampai Bengkulu sana, Ka!”

Raka mendengarkan dengan khusyuk. Sebelumnya, ia telah mengaku kepada Bono kalau ia masih nganggur.

Ia harus bangkit. Ia harus berjuang demi keluarganya dan masa depannya. Ia tak boleh menyerah dan putus asa akan entah nasib, entah takdir, yang menimpanya. Dan ia sadar akan itu. Ia sadar akan tanggung jawabnya.

“E …, Bon! Aku juga mau dong jualan mangga. Bisa nggak?”

“Ya, bisalah. Tapi, emang kamu mau?”

“Iya, mau, kok. Nggak apa-apa,”

“Kamu mau jualan di pasar?”

“Enggak, di rumah kan ada tuh Supra X yang tua itu. Aku mau keliling jualannya …,”

“O, bisa. Nanti jam sembilan kamu ke rumah aku, ya,”

“Beres! Makasih, Bon …,”

Kali ini motor Jupiter Z milik Bono yang terus melaju. Motornya juga sudah tua. Tapi setidaknya motor itu bisa mengantarkan Si Raka ke rumahnya. Motor tua itu tidak mogok, mengeluh, atau sakit-sakitan di tengah jalan. Motor itu terus melaju menantang apapun di hadapannya. Sama seperti Raka yang saat ini sudah sadar dan akan terus berjuang. Ia tidak ingin kalah sama sekali dalam menghadapi nasib. Sebab, sejatinya baik Orang Bejo ataupun Orang Boje tetap harus berusaha. Bukan berdiam diri menunggu.

Indralaya, 24 Maret 2017 (Al Hadeed)

Tinggalkan Komentar Anda