Kajian Meteorologi Terkait Hujan Lebat di Kotabumi

402
Kajian Meteorologi Terkait Hujan Lebat di Kotabumi
(Ilustrasi)

Sebatin.com – Telah terjadi hujan lebat di wilayah Kotabumi pada Sabtu (11/3/2017) yang membanjiri persawahan masyarakat di wilayah tersebut. Belasan hektar sawah terancam gagal panen sebab terendam air yang cukup lama, tidak hanya itu setelah air surut sawah masyarakat dipenuhi dengan sisa lumpur. Ketinggian air yang merendam persawahan masyarakat setinggi 50cm.

Curah hujan yang terekam pada pos pengamatan di beberapa lokasi pada saat hujan lebat didapati pada pos hujan Kelapa Tujuh terukur 228,8 mm (hujan sangat lebat), pada pos pengamatan Pandan Surat terukur 172,4 mm (sujan sangat lebat), dan pada pos pengamatan Seputih Raman terukur 34,0 mm (hujan sedang).

Analisa cuaca skala global terkait hujan lebat ini adalah aktifnya sirkulasi Madden Julian Oscillation (MJO) yang menyebabkan meningkatnya pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Lampung. Analisa Outgoing Longwave Radiation (OLR) cenderung tidak memberi pengaruh yang signifikan pada hari itu sebab nilainya yang cukup tinggi menandakan tidak terjadi banyak tutupan awan di wilayah Lampung.

Selanjutnya analisa pola angin terdapat belokan angin (shearline) di wilayah Lampung akibat adanya tekanan rendah di sebelah barat Lampung (1007 hpa) yang menyebabkan potensi terbentuknya cuaca buruk di wilayah Lampung terutama pada sore dan malam hari sebab terbentuknya awan-awan hujan membutuhkan waktu tumbuh dari proses konveksi pada siang hari.

Analisa angin zonal bernilai positif (1-2) di wilayah Lampung, hal ini mengindikasikan angin baratan bertiup di wilayah tersebut. Nilai angin zonal pada saat kejadian masih lebih rendah dibanding dengan rata rata klimatologisnya (1980-2010) yang bernilai (3-5). Namun di wilayah perairan Lampung bagian barat daya angina timuran bertiup sangat kencang karena pengaruh dari tekanan rendah yang berada di lokasi tersebut. Semakin besar nilai positif angin zonal semakin kuat angin baratan yang terjadi di wilayah yang bersangkutan dan potensi pembentukan awan hujan semakin besar.

Analisa secara vertikal nilai angin zonal bernilai positif dihampir seluruh lapisan baik di lapisan bawah maupun lapisan atas. Nilai positif angin zonal tersebut sampai di lapisan 100mb. Secara vertikal nilai angin zonal (0.7 – 1.7) pada saat hujan lebat di Kotabumi kemarin lebih kuat jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologisnya (0.3 – 0.4). Dominasi angin baratan di lapisan bawah dan lapisan atas ini mendukung untuk pembentukan awan hujan di wilayah Lampung terutama di wilayah Kotabumi.

Berdasarkan gambaran suhu muka laut (SML), suhu di sekitar perairan Lampung berkisar 30,2-30,3ºC. Kondisi ini mendukung pembentukan awan di sekitar wilayah Lampung karena tingginya suhu muka laut menandakan banyaknya pasokan uap air di wilayah tersebut. Nilai suhu muka laut pada saat kejadian hujan lebat menunjukkan nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologisnya (30,1°C).

Berdasarkan gambaran anomali suhu muka laut (SML) di perairan selatan Lampung berkisar 0.2-0.3ºC. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pada saat tersebut suhu muka lautnya lebih hangat dibanding dengan rata-rata klimatologisnya. Hal ini mendukung potensi pembentukan awan di wilayah tersebut dengan memberi pasokan uap air ke atmosfer yang berlimpah.

Berdasarkan data kelembaban relatif (WRF), pada lapisan 850mb di wilayah Kotabumi bernilai 80-90%. Untuk lapisan 700mb bernilai 70-80% dan untuk lapisan 500mb bernilai 90-100%. Nilai kelembaban sangat tinggi di lokasi terjadinya banjir mulai lapisan 850-500mb membuat awan dapat berkembang tinggi pada saat kejadian.

Berdasarkan data kelembaban relatif (NOAA), pada saat kejadian banjir nilainya mencapai 75-80% di lokasi kejadian. Analisa kelembaban relatif secara vertikal juga terlihat nilainya 75-85% mulai lapisan permukaan hingga lapisan 800mb. Jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologisnya kondisi kelembaban relatif pada saat kejadian terbilang lebih tinggi sebab pada rata-rata klimatologis kelembaban relatif hanya tinggi (85%) sampai lapisan 850mb sedangkan pada saat kejadian tinggi lapisan 800mb. Hal ini membuat awan hujan dapat tubuh hingga lapisan tersebut.

Berdasarkan analisis data prakiraan akumulasi curah hujan TRMM di wilayah Kotabumi disekitar lokasi kejadian banjir curah hujan berkisar 22 – 30 mm, menunjukkan bahwa pada tanggal 11 Maret 2017 tergolong mendapat hujan yang sedang. Data estimasi satelit ini sebagai pembanding data pengamatan pos hujan di beberapa wilayah yang tersebar di wilayah Lampung. Nilai Lifted Index pada saat kejadian banjir di Kotabumi berkisar (-4) mengindikasikan atmosfer pada saat itu dalam keadaan yang Labil.

Berdasarkan paparan citra satelit pada tanggal 11 Maret 2017 terlihat bahwa awan hujan mulai berkembang pada tengah malam (17.00 UTC) dan berlangsung tidak begitu lama (±1.5 jam) lalu perlahan punah. Pergerakan awan hujan mulai dari wilayah Lampung bagian timur menuju kearah barat Lampung (Kotabumi). Awan Cumulunimbus tepat berada di wilayah Kotabumi dan tidak dalam waktu yang lama. Atmosfer terpantau dalam kondisi yang basah pada saat kejadian banjir di wilayah Lampung bagian timur dan barat. Hujan lebat di Kotabumi ini merupakan dampak dari proses adveksi sebab awan-awan hujan masuk melaui perairan Lampung bagian timur.

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan bahwa hujan lebat yang menyebabkan banjir di Kotabumi disebabkan karena adanya gangguan cuaca global hingga lokal yang banyak berperan seperti aktifnya MJO sehingga berkontribusi pada pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Lampung. Adanya belokan angin menyebabkan terjadinya penumpukan massa udara yang berujung pada pembentukan awan-awan hujan di wilayah tersebut. Kondisi lainnya yang mendukung adanya belokan angin tadi adalah hangatnya suhu muka laut (SML) di wilayah perairan Lampung dimana nilainya lebih hangat jika dibandingkan dengan keadaan klimatologisnya. Proses pembentukan awan juga semakin didukung dengan lembabnya atmosfer mulai lapisan permukaan hingga 800mb hingga mencapai 85%, serta kondisi labilitas atmosfer yang terpantau labil. Analisa prakiraan akumulasi curah hujan dari TRMM didapatkan curah hujan disekitar wilayah Kotabumi berkisar 22-30 mm meskipun berbeda cukup jauh dengan jumlah curah hujan di lokasi pos hujan yang berada di wilayah tersebut (228,8 mm). Analisa citra satelit didapatkan awan Cumulunimbus yang menyebabkan hujan lebat di wilayah Kotabumi merupakan dampak dari proses adveksi, didukung dengan lembabnya atmosfer pada saat itu. Awan Cumulunimbus yang terbentuk pada saat itu memiliki masa hidup yang tidak begitu lama (±1.5 jam) namun memberi dampak yang sangat hebat di wilayah Kotabumi.

Berdasarkan analisa meteorologi wilayah Lampung, potensi hujan lebat masih akan turun hingga 2 hari kedepan terutama di waktu sore hingga menjelang malam hari dengan intensitas lebat. Kondisi global hingga lokal mendukung pembentukan awan-awan hujan di wilayah Lampung, kondisi MJO yang sedang berada wilayah Maritime Continent akan semakin mempengaruhi pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian barat. Awan hujan masih berpotensi terbentuk di sebagian besar wilayah Lampung dengan pergerakan awan yang cenderung tidak berubah menyisir dari wilayah timur menuju ke wilayah barat.

Eka Suci Puspita Wulandari

Penulis: Eka Suci Puspita Wulandari
Pengamat Stasiun Maritim Panjang Lampung

Tinggalkan Komentar Anda