Keripik Jamur Towank, Mengubah Kesulitan Menjadi Pendapatan

568
Keripik Jamur Towank, Mengubah Kesulitan Menjadi Pendapatan
Keripik Jamur Towank. Foto: M. Yuni Riwanto

Sebatin.com, Sleman, Yogyakarta – Beberapa tahun terakhir jamur tiram menjadi produk pertanian yang booming. Tempat pembudidayaan jamur tiram juga bermunculan di mana-mana. Produksi baglog sebagai media tanam jamur tiram pun tak kalah menggeliat.

Peningkatan produksi yang melesat pada awalnya sangat didukung oleh pasar. Tetapi seiring berjalannya waktu, membludaknya produksi tidak tertampung oleh pasar. Sehingga, banyak produksi jamur tiram yang gagal dalam pemasaran.

M. Yuni Riwanto, lelaki yang berasal dari desa Krasakan Sleman ini memulai bisnis keripik jamur tiram di tengah-tengah lesunya pasar menerima jamur tiram. Selain itu, awal perkenalannya dengan jamur tiram berawal ketika usaha penyewaan Playstation 2 digilas oleh penyewaan Playstation 3 dan game online.

“Modalnya benar-benar modal nekat. Nekat membeli spinner, bahkan ketika saya belum mendapatkan resep yang pas untuk jamur tiramnya,” ujar lelaki pemilik usaha Keripik Jamur yang diberinya mana Towank.

Keripik Jamur Towank, Mengubah Kesulitan Menjadi Pendapatan 2
M. Yuni Riwanto pengusaha Keripik Jamur Towank. Foto: M. Yuni Riwanto

Jamur tiram untuk produknya diambil dari para tetangga yang sudah lebih dulu membudidayakan jamur tiram.

Setelah memiliki spinner, Wawan sapaan M. Yuni Riwanto mulai mencoba berbagai resep. Selama tiga hari berturut-turut dia memproduksi keripik jamur tiramnya. Meski pada awalnya jamur yang di produksinya tidak krispi, bahkan bumbunya juga dirasa kurang pas. Selama berhari-hari itu juga keluarga dan tetangga menjadi tester, mencicipi setiap produksi jamur tiram produksi Wawan.

Bulan Ramadhan 2014, Wawan mulai memasarkan produknya. Respons konsumen sangat baik, beberapa tetangga langsung pesan untuk suguhan ketika Idul Fitri datang. Selain itu, Wawan juga membawa produknya untuk dijual di Rumah Sakit tempatnya menjalani cuci darah. Keripik Jamur Tiram Towank pun semakin mendapat tempat di pasaran.

“Awal-awal usaha, Saya bekerja sama dengan seorang distributor. Saat itu produksi bisa mencapai 20 kg per hari, dan dibantu 3 orang karyawan. Tapi setelah beberapa bulan, pembayaran dari distributor tersendat. Bahkan akhirnya malah terhutang. Kerja sama pun akhirnya berhenti. Saat ini saya hanya memproduksi 8 kg per hari, tanpa pekerja,” terang Wawan.

Wawan menjelaskan, bahwa saat ini dia lebih mengutamakan pemesanan secara online dan juga reseller yang lebih jelas. Keripik jamur Towank memiliki enam varian rasa, yaitu rasa original, pedas hot, balado, keju, sapi panggang, dan barbeque.

Keripik Jamur Towank, Mengubah Kesulitan Menjadi Pendapatan
Berbagai varian rasa Keripik Jamur Towank, Foto: M. Yuni Riwanto

Untuk memperdalam pengetahuannya tentang usaha yang dijalani, Wawan beberapa kali mengikuti pelatihan dan diklat yang diselenggarakan oleh beberapa instansi. Produksi keripik jamurnya juga telah dilengkapi dengan sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.

Pemasaran dan juga proses produksi untuk memperpanjang umur simpan menjadi kendala usaha Wawan saat ini. Tapi dia terus berusaha agar usahanya semakin berkembang dan dapat dinikmati oleh lebih banyak konsumen.

Sobat Sebatin.com penasaran dengan keripik jamur Towank? Keripik jamur yang garing dan renyah hingga bagian dalam keripik.

Sobat yang berada di Sleman bisa langsung ke daerah Lumbungrejo, Tempel, Kabupaten Sleman. Sobat yang berada jauh dari daerah tersebut tidak usah berkecil hari, Keripik Jamur Towank bisa dibeli secara online. (Tia MS)

Tinggalkan Komentar Anda