Oriental Band, Merajut Asa Di Tengah Dahaga

766
Oriental Band, Merajut Asa Di Tengah Dahaga
Para Personil Oriental Band

Sebatin.com – Mendirikan group musik dalam varian pilihan genre apapun sebenarnya bukanlah perkara sulit, terutama bagi Anda yang punya banyak uang. Silakan pergi ke toko alat musik, beli semua alat sesuai kebutuhan, lalu kumpulkan personil yang bisa main musik, beri nama group, dan atur jadwal latihan, selesai.

Menjadi tidak gampang ketika sebuah group musik dihadapkan pada tantangan kontinyuitas dan profesionalitas di tengah menjamurnya warna musik lain yang justeru memiliki banyak penggemar dan lebih mengakar di masyarakat. Jika demikian masalahnya, solusinya hanya ada dua yakni menciptakan segmentasi pasar sendiri agar bisa bertahan dan berkembang, atau berjalan apa adanya untuk kemudian bubar ditelan kejenuhan para crew-nya.

Adalah Oriental Band yang coba mengurai masalah dan menjawab tantangan itu dengan mengusung lagu-lagu mandarin. Walaupun awalnya mungkin terkesan kurang komersial bagi kalangan masyarakat umum, tapi belakangan pilihan group musik asal Kota Metro yang digawangi Sony Lijaya ini, bisa dibilang lebih jeli dan tepat melihat peluang pasar.

“Awalnya sih, kami hanya ingin menyajikan hiburan ringan bagi kalangan keluarga etnis Tionghoa di Kota Metro tanpa berfikir bayaran sedikitpun, namun seiring berjalannya waktu, keberadaan kami semakin mendapatkan tempat di banyak event yang mereka adakan, sehingga memacu semangat kami untuk lebih serius dan konsen menggali lagu-lagu Mandarin,” demikian pungkas Abdi yang kini didaulat sebagai penggebuk drum Oriental Band.

Kini satu dasa warsa sejak 2006 silam telah dilakoninya. Meski bukan berarti tanpa kendala, nyatanya, dengan enam personil, Rafael Sony Lijaya, Abdi Ranawadi, Handono, Hasto Setiabudi, Ivan Syahrizal, Apri, dan Hari Setiawan, Oriental Band mampu tetap eksis bahkan lebih mumpuni menghibur konstituennya. Aksinya di event-event besar yang khusus beraksentuasi Mandarin, seperti Cap Gomeh se-Lampung, pesta terang bulan (pa yue ban), dan acara lain sekelasnya, membuktikan bahwa kehadiran group ini memang dibutuhkan masyarakat Bumi Ruwa Jurai, terutama etnis Tionghoa.

Kehadiran Oriental Band menyuguhkan lagu-lagu Mandarin popular itu bak oase di tengah padang pasir, memberi air di tengah dahaga. Ritmik khas yang mungkin saja pernah didengarnya kala dulu di kampung, hari ini telah tersedia dan menghibur di hadapannya, tak ayal sambutan antusiaspun selalu mewarnai aksi-aksi mereka. Kita do’akan saja semoga Oriental Band tetap survive dan menjadi khazanah musik di Lampung, khususnya Metro. (Budiyanto/Ruli)

Tinggalkan Komentar Anda