Pendidikan dan Kebermanfaatan

339
Pendidikan dan Kebermanfaatan
Ilustrasi: www.flickr.com

Sebatin.com – Indonesia, negeri kita tercinta ini adalah satu dari sekian banyak negara berkembang lainnya. Sejak dulu, permasalahan kemiskinan dan permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya seperti tidak pernah ada habis-habisnya dan tidak pernah ada ujungnya.

Berbagai pihak dan sebab dijadikan “tersangka” akan terjadinya permasalahan-permasalahan negeri yang begitu menggunung tinggi ini. Semua saling melayangkan tuduhan.

Orang-orang di negeri ini yang mengaku dirinya pintar, beranggapan kalau solusi dari semua masalah negeri ini adalah pendidikan. Mereka beranggapan kalau pendidikan dapat mengubah segalanya menjadi lebih baik.

Hal yang kita semua tahu, para koruptor yang telah ataupun masih mendekam di dalam penjara adalah bukan orang yang bodoh. Mereka semua adalah orang pintar yang bahkan tidak sedikit lulusan universitas di luar negeri.

Untuk apa pendidikan yang tinggi bila tidak bisa membawa manfaat kepada orang lain, kepada sesama. Sebagai warga negara yang baik, bukankah kita seharusnya memiliki sikap yang nasionalis? Sikap yang cinta akan negara dan bangsa? Bila hanya ingin memperkaya diri dan melemahkan bangsa, maka orang yang demikian tidak ada bedanya dengan penjajah-penjajah dari Barat.

Terlebih lagi apabila orang-orang yang berpendidikan itu melakukan korupsi seperti pejabat-pejabat yang telah diberitakan di televisi. Maka mereka benar-benar orang yang sungguh keji. Bahkan melebihi para penjajah. Betapa tidak, para pejuang Indonesia dulu telah memperjuangkan negeri ini untuk merdeka, dan mereka malah melenyapkan makna dari kemerdekaan hidup itu.

Khairunnas Anfa`uhum Linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani tersebut.

Sebagai orang yang berpendidikan dan memiliki kuasa, adalah sebuah kewajiban membantu sesama. Berat bersama-sama dipikul, ringan bersama-sama dijinjing. Negeri ini harus saling bahu-membahu untuk menumpas jerat kemiskinan dan kebodohan.

Singkatnya, lebih baik orang yang cuma lulusan SMA tapi bermanfaat bagi sesama, bagi lingkungan. Daripada orang yang sekolahnya sampai S.2 atau S.3 tapi tidak membawa manfaat sedikitpun. Malah sebaliknya, justru lebih banyak yang membuat kesengsaraan bagi negeri ini.

Sedikit menyitir perkataan Chairul Tanjung dalam bukunya “Chairul Tanjung: Si Anak Singkong

“Kita butuh banyak wirausaha yang nasionalis kerakyatan, karena ini tugas kemanusiaan. Karena kekayaan tidak dibawa mati. Inilah watak kebangsaan paling sejati. Kita berbuat, tidak sekadar beretorika.”

Penulis: Hadi Winata

Tinggalkan Komentar Anda