Watoni Nurdin : Paham Radikal itu ada di sini, Harus Kita Lawan Dengan Peguatan Nilai-Nilai Pancasila

3
Watoni Nurdin : Paham Radikal itu ada di sini, Harus Kita Lawan Dengan Peguatan Nilai-Nilai Pancasila
Giat Sosperda PIP oleh Anggota DPRD Lampung Watoni Noerdin di Pujodadi, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Sabtu (13/5/23). Photo : rls

Sebatin.com, Pringsewu – Anggota DPRD Provinsi Lampung, Watoni Noerdin gelar sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) dihadapan masyarakat Pujodadi, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, Sabtu (13/5/23).

Politisi PDI Perjuangan tersebut mengatakan, melalui kegiatan sosialisasi PIP, merupakan langkah konkrit dari DPRD Lampung untuk memberikan edukasi pemahaman kepada masyarakat yang hadir, agar nilai-nilai Pancasila bisa tetap ada dan tidak luntur.

“Ya, tadi sudah ditegaskan oleh rekan saya Pak Suryo Cahyono selaku Anggota DPRD Kabupaten Pringsewu bahwa Paham Radikal itu ada di sini. Nah, sekelompok paham itu harus kita lawan. Sehingga, saat ini kita dibutuhkan untuk saling introspeksi diri agar terus mengamalkan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.

Dengan demikian, kata Anggota Fraksi PDI Perjuangan itu. Secara kompak teman-teman DPRD Provinsi Lampung berkonsultasi kepada Gubernur dan Kemendagri agar mendapat persetujuan menyampaikan Pancasila secara langsung ke masyarakat melalui kegiatan sosialisasi ini.

“Atas persetujuan Gubernur dan Kemendagri, kami bisa melaksanakan sosialisasi Pancasila ini,” ujarnya.

Ditempat yang sama, Sairul Basri selaku narasumber mengajak kepada masyarakat Pujodadi, untuk memantau perkembangan anak, selaku generasi penerus bangsa. Karena, perubahan prilaku anak menjadi salah satu indikator pergeseran nilai-nilai Pancasila.

“HP merupakan target orang luar untuk memecah belah bangsa, mengkontaminasi pikiran anak-anak selaku generasi penerus bangsa. Ini butuh disikapi dengan bijak,” ujar Staf Ahli Kemenhan RI, Sairul. Dihadapan masyarakat Pujodadi.

Artinya, kata Dosen UIN Raden Intan Lampung itu melanjutkan secara garis besar bahwa teroris terbesar di Indonesia adalah HP. Karena, dari HP bisa timbul teror dan radikal.

“Saat ini Pancasila itu disimpan, seperti BPKB. Disimpan tetapi tidak diamalkan. Maka, pantau anak-anak kita sejak dini,” ucapnya. (Sgn)

Tinggalkan Komentar Anda