Dalam Setahun Indonesia Produksi 20 Ribu Ton Rajungan, 12 Persennya Dari Lampung

9
Dalam-Setahun-Indonesia-Produksi-20-Ribu-Ton-Rajungan,-12-Persennya-Dari-Lampung
Plt. Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Lampung, Taufik Hidayat, usai menerima audiensi Komite Pengelolaan Perikanan Rajungan Berkelanjutan (KPPRB) dan lembaga donor The David and Lucile Packard Foundation, di Ruang Rapat Bappeda Provinsi Lampung, Senin (5/11/18).

Sebatin.com, Bandar Lampung – Provinsi Lampung, diharapkan bisa menjadi model dalam pengelolaan rajungan berkelanjutan secara nasional. Dan menjadi contoh untuk daerah lain. Hal tersebut diungkapkan oleh Pelaksana tugas (Plt) Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Lampung, Taufik Hidayat, saat melaksanakan audiensi bersama Komite Pengelolaan Perikanan Rajungan Berkelanjutan (KPPRB) dan lembaga donor The David and Lucile Packard Foundation, di Ruang Rapat Bappeda Provinsi Lampung, Senin (5/11/18).

“Audiensi ini merupakan tindak lanjut dari Konferensi Our Ocean Tahun 2018 di Bali, yang berlangsung dari 29-30 Oktober kemarin. Mereka datang ke Lampung untuk melihat implementasi pengelolaan rajungan berkelanjutan”, kata Taufik Hidayat.

Lanjutnya, lembaga donor tersebut sangat mengapresiasi Pemprov Lampung dalam hal pengelolaan rajungan berkelanjutan. “Mereka cukup puas karena Lampung memiliki perangkat hukum. Kita punya Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) sebagai perangkat hukumnya. Lalu ada action plan atau rencana tindakan”, ujarnya.

“Dan kita selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabuapaten dan Kota, terutama dalam pengawasan implementasi di lapangan. Seperti penangkapan rajungan yang tidak sesuai ukuran, penggunaan alat-alat tangkap yang dilarang dan masih berjalan di lapangan”, tambahnya Taufik Hidayat.

Di sisi lain, Plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, Toga Mahaji, juga mengatakan, Lampung menerapkan pengelolaan rajungan berkelanjutan sejak setahun lalu. “Kita melihat ke depan, kalau pengelolaan rajungan ini tidak dikelola secara sustainable (berkelanjutan), nanti rajungan akan punah,” ujar Toga.

“Ada sekitar 6.000 nelayan di Lampung yang bergantung pada pengelolaan rajungan. Maka harapannya rajungan ini berkelanjutan demi kesejahteraan nelayan. Kalau punah, tentu masyarakat yang 6.000 ini tidak punya mata pencaharian”, terang Toga Mahaji.

Oleh karena itu, Pemprov Lampung bekerjasama dan berkolaborasi dengan seluruh stakeholder untuk mendukung keberlangsungan rajungan di Lampung. “Mulai masyarakat lokal, pemerintah daerah, peneliti, akademisi, Packard Foundation dan Starling Resources. Tentu kedatangan mereka ke sini sangat kita harapkan”, ujarnya.

“Ada tiga komoditas ekspor perikanan Lampung, yaitu udang, tuna, dan rajungan. Untuk udang dan rajungan, terbanyak ada di Lampung. Tambak udang terluas di Indonesia ada di Lampung, kemudian rajungan adalah model pertama di Indonesia yang dilaksanakan di Lampung. Di Indonesia, produksi rajungan mencapai 20 ribu ton setahun. Sebanyak 12 persen berasal dari Lampung”, pungkas Toga Mahaji. (*)

Tinggalkan Komentar Anda