Lampung Dilanda Musim Kemarau Basah

261
Lampung Dilanda Musim Kemarau Basah
Penulis : Ramadhan Nurpambudi, Prakirawan Stasiun Raden Inten Lampung

Sebatin.com – Tahun 2017 ini sudah berjalan lebih dari setengahnya terlewati, dan hujan masih seringkali turun di beberapa wilayah Lampung dengan intensitas yang bervariasi, mulai dari ringan hingga lebat. Tidak seperti biasanya, jika dilihat dari kondisi iklimnya, kebanyakan wilayah Lampung sudah sangat minim mendapatkan hujan, namun di beberapa wilayah sampai saat ini masih mendapat cukup banyak hujan.

Hasil analisa kondisi atmosfer selama bulan Agustus ini, masih banyak faktor yang mendukung terbentuknya awan-awan hujan di beberapa wilayah Lampung. Saat ini posisi matahari dari belahan bumi utara sedang menuju ke arah ekuator, dan akibatnya suhu di wilayah Indonesia sedang panas-panasnya, karena tepat akan berada di atas ekuator pada tanggal 23 september 2017 nanti.

Angin lapisan 3000 kaki atau yang biasa disebut dengan Angin Gradient, sering terbentuk gangguan cuaca seperti Sirkulasi Eddy di bagian barat pulau Sumatera. Hal ini membentuk belokan angin di bagian Sumatera bagian selatan dan memberikan dampak ke wilayah Lampung sendiri. Belokan angin membuat udara berkumpul dilapisan atas dan membentuk awan-awan yang berpotensi menghasilkan hujan.

Intrusi udara kering dari daratan Australia mendominasi di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan.pulau Jawa, Bali, dan sekitarnya, secara tidak langsung mendapat pengaruh dari kondisi ini, pembentukan awan akan berkurang yang berlanjut tidak turunnya hujan. Udara kering merupakan penghambat pembuatan awan di atmosfer.

Terlepas adanya intrusi udara kering dari Australia, sebagian besar wilayah Lampung masih mendapat udara basah terutama di bagian utara dan timur Lampung. Kondisi ini yang menjadi faktor penting, mengapa di Lampung masih sering turun hujan, meskipun tidak sampai berhari-hari. Jika di Lampung ada petambak garam mungkin kondisi ini sangat tidak menguntungkan sebab butuh beberapa hari tanpa hujan yang cukup panjang sampai air laut menjadi garam.

Tipe pola hujan di Lampung dominan adalah Monsoon, yaitu mengalami puncak hujan pada bulan Desember – Januari, dan musim kemarau puncaknya ada pada bulan Juli – Agustus. Kabupaten Lampung Barat, Pesisir Barat, dan Way Kanan yang memiliki pola hujan yang berbeda, yaitu bertipe pola hujan Ekuatorial karena langsung berhadapan dengan Samudera Hindia sehingga mengalami puncak hujan yang bervariasi. Jika dihadapkan dengan kondisi normalnya, seharusnya sebagian besar wilayah Lampung sudah mengalami banyak kekeringan, namun tahun ini hujan masih banyak terjadi di bulan Agustus ini.

Tidak di semua wilayah Lampung mendapat hujan yang sama, terbukti hasil pantauan citra satelit seringkali hotspot atau titik panas seringkali teramati di wilayah Lampung bagian tengah. Hal ini mendandakan di sekitar wilayah tersebut sudah terjadi kekeringan sehingga sering menyulut adanya kebakaran lahan. Jika hari tanpa hujannya panjang bisa saja berdampak lebih parah namun hujan sering kali turun sehingga lahan-lahan kembali basah.

Hasil analisa secara meteorology tahun ini berpeluang mengalami musim kemarau yang pendek atau untuk wilayah Lampung sering disebut musim kemarau basah. Sedikit aneh terdengar mengapa musim kemarau tapi kondisinya basah, secara iklim wilayah Lampung seharusnya sudah memasuki puncak musim kemarau namun kondisi di atmosfer masih mendukung proses pembentukan awan-awan hujan.

Patut kita syukuri karena kita semua sebagian besar tidak mengalami kekeringan yang parah tahun ini, lahan-lahan petani tetap mendapat pengairan yang cukup, sehingga memimalkan gagal panen. Untuk masyarakat di wilayah Lampung bagian tengah dihimbau untuk tidak menyulut api, jika di wilayah sekitaran tersebut tidak terjadi hujan dalam waktu yang cukup lama, agar tidak menyebabkan adanya kebakaran lahan yang berdampak pada memburuknya kondisi udara di wilayah terkait. (*)

(Penulis : Ramadhan Nurpambudi, Prakirawan Stasiun Raden Inten Lampung)

Tinggalkan Komentar Anda