Se-Sumatera, Nilai Tukar Petani Lampung Masih Kokoh Di Posisi Teratas

34
Jumpa Pers Berita Resmi Statistik, di Ruang Video Conference, BPS Provinsi Lampung, Kamis (1/2/2018). Foto : Red

Sebatin.com, Bandar Lampung – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Yeane Irmaningrum mengungkap, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Lampung pada awal tahun 2018 masih tertinggi se-Sumatera, sebesar 105,98. Sektor Peternakan, NTP Tertinggi denan nilai 115,54 kemudian disusul sektor tanaman pangan 112,45.

Hal itu dikatakan oleh Yeane saat Jumpa Pers Berita Resmi Statistik, di Ruang Video Conference, BPS Provinsi Lampung, Kamis (1/2/2018). NTP Provinsi Lampung, lanjutnya, pada bulan Oktober 2017 yang lalu juga mengalami kenaikan. BPS mencatat. Beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, antara lain komoditas tanaman pangan seperti gabah, jagung, dan ketela pohon/ubi kayu.

Untuk Subsektor perkebunan dan subsektor perikanan tangkap, kata Yeane, juga mengalami kenaikan harga seperti pada komoditas kelapa sawit, kakao, karet, dan beberapa jenis ikan tangkap. Kenaikan ini diharapkan dapat berimbas pada kesejahteraan petani.

Inflasi Bandar Lampung 1,42%

Yeane juga menyebutkan bahwa, Kota Bandar Lampung pada Januari 2018 mengalami inflasi sebesar 1,42 persen. Hal itu karena adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 131,31 pada Desember 2017 menjadi 133,17 pada Januari 2018.

Enam kelompok pengeluaran yang memberikan andil dalam pembentukan inflasi di Kota Bandar Lampung, tuturnya, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,64 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,25 persen. Lalu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,37 persen, kelompok sandang sebesar 0,04 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,09 persen, serta kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen.

“Sementara kelompok kesehatan tidak memberikan andil dalam pembentukan inflasi maupun deflasi,” ujar Yeane. Ia mengatakan Beberapa komoditi yang dominan memberikan andil inflasi diantaranya, beras, tukang bukan mandor, cabai merah, bimbingan belajar, rokok kretek filter, ayam goreng, rokok kretek, mie, ikan layang/benggol, dan cabai rawit.

Untuk diketahui, inflasi Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke-1 dari 82 kota di Indonesia yang diamati perkembangan harganya. “Dari 82 kota, 79 kota mengalami inflasi dan 3 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bandar Lampung sebesar 1,42 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Tangerang sebesar 0,04 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar -1,12 persen dan deflasi terendah terjadi di Meulaboh sebesar -0,14 persen,” ujar Yeane.

Kota Bandar Lampung, pada Januari 2018 berdasarkan penghitungan inflasi tahun kalender (point to point) sebesar 1,42 persen, dan inflasi dibanding tahun sebelumnya adalah sebesar 3,73 persen.

Sumber : Humas Prov
Editor    : Addarori Ibnu Wardi

Tinggalkan Komentar Anda